Senin, 28 November 2011

SAJAK NEGERI KHATULISTIWA

Dari sini aku diajarkan menulis huruf
Mengeja kata-kata
Juga mulai membaca rangkaian kalimat dalam paragraf
Kemarin dulu,
Saat aku masih dimanja dalam tubuh perkasa yang sekarang beranjak renta
Masih kulihat banyak anak tak bersekolah
Arungi takdir dipasung kebodohan
Kurasakan sebagian tak peduli pada pendidikan
Terbayang jutaan generasi terjebak ketertinggalan
Ya Allah...
Syukur kupanjatkan kepada-Mu
Kini negeriku tidak anval seperti dulu
Empang-empangnya penuh ilmu
Sekolah-sekolah semakin gencar berpacu
Benih kecerdasan berputik meruang di setiap kalbu
Merambahnya semangat belajar bukan sesuatu yang tabu

Sepenggal bulan masih setia berpendar di langit negeri khatulistiwa
Satu-persatu bayangan wajah yang kutemui melintas
Adakah di antara mereka yang tidak mengenal bangku sekolah?
Adakah cita-cita bersandar di hati mereka?

Pada jeda perjalanan
Kunanti janji presiden untuk peduli pada nasib anak negeri....

Semarang, 4 Maret 2011

Minggu, 27 November 2011

Keputusan ini demi dirimu, soulmateku...

Semarang, 27 November 2011
Ku tulis ini ketika kau mulai berubah... ketika kau bilang sudah tak sendiri. Aku hanya menjawabnya dengan seulas senyum yang paling manis.
Mungkin aku telah terlambat menyadari, tapi aku tak menyesal. Aku bahagia memberimu, bukan memintamu. Sejuta duri yang kau tanam dalam rangkaian bungaku, seribu warna kulukiskan di langitmu.
Kau tak bisa dustai pagi yang terus berembun kini. Aku melihat sinaran lembut di matamu, kau selaputi dengan egomu. Aku terkapar nyeri. Saat kepura-puraanmu justru menjeratku. Aku terdampar dalam keputusanku sendiri. Memutuskan sendiri.
Ini keputusan hatiku. Aku tak akan mengakhiri...sesuatu yang selama ini kekuatanku, ketegaranku...Percayalah soulmateku, aku selalu di sampingmu...menjagamu,,hingga memang kau telah pantas untuk sendiri saja, tanpaku.

Minggu, 20 November 2011

Soulmateku... aku tak pernah pergi

Soulmateku...
aku selalu di sini, menemanimu, selalu dalam ramai dan sepi...
Soulmateku...
aku setia membingkai rasa dan mengertimu...
Soulmateku...
aku tahu, kau masih ingin memeluk seluruh jagad raya ini, menjelajah bumi dan menembus garis mayapada... Tenanglah Soulmateku...aku senantiasa menanti. Merekam segenap katamu, membungkus salam-salammu dan mendengar nyanyian di hatimu, selalu, meski kadang kau tak tahu.
Soulmateku...
kemarin ku dengar, kau membisikkan sesuatu yang indah di telingaku, tapi kenapa hatiku terluka... Padahal itu sangat indah bukan? Kau mendengungkan lima huruf, kau bilang kau sangat merasakannya. Namun, aku perih Soulmateku.... Apakah kau menikamku dengan pisau sehingga kini aku berdarah-darah? No... aku yakin kau pun selalu ada, meski bukan ragamu.
Soulmateku...
percayalah... aku tak akan pernah pergi... sampai kau ingin aku pergi.
:-) tegar ini selalu ku jaga...selamanya... :-)

Jumat, 18 November 2011

Ketika harapan tidak = kenyataan

ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan aka menghasilkan masalah!
Begitulah romantika hidup. Kadang berdamai, kadang menantang dan kadang tidak seperti yang kita inginkan. Prinsip, kawan, cinta, persahabatan berputar dan terus berputar laksana roda-roda kendaraan, mungkin di bawah, mungkin juga di atas.
Jika masalah muncul, seolah besi sedang menindih tulang belulang kita. Meremukan hati, menikam jantung dan menebas nadi-nadi bahagia. Tapi, kawan....kita tak sendiri, ada sahabat karib yang selalu di sisi kita. Menemani kita. Hantaman batu sebesar karang pun tak akan mampu melibas jejak langkah kita tatkala seorang sahabat senantiasa menggenggam tangan kita.
Dialah sahabat,mendekat saat dunia menjauh, menghibur saat kita bersedih, menjaga saat kita lengah, dan mendukung tiap langkah kita. Adakah sahabat selamanya di hati? tak lari saat kita ada masalah, menyelimuti saat dingin mencekam.
Ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, semoga kita selalu tegar dan kuat.
CINTA ADA DI MANA-MANA... SEKALIPUN DI DALAM SEBUAH KEDIAMAN...

Selasa, 15 November 2011

Dari hati

Nyanyian roman ini hanya serupa jeritan tak bernada. Terhalang peredam rasa. Namun, lirik-liriknya mencuat, membumbung ke dirgantara. Bunga-bunga terus melambung. Bertabur, meletup, memutar, berakrobat mengitari garis-garis horison. Ya...semua nampak indah merekah merah, indah tak berbatas.
Kadang angin memainkan kelembutan biola, kadang embun turut menyiramkan air surga. Damai merasuk kalbu. Kekuatan terpancar. Energi-energi megabyte mencengkeram hitam kehidupan.
Itulah rasa sebentuk hati. Menyulam jutaan kata dalam kain sutra. Hipnotis jiwa, merengkuh asa. Aaahh...segala pesona, mendesak lagu-lagu tentang "cinta"...apa saja...

Senin, 14 November 2011

Tentang hati

Tiada hari tanpa sebait paragraf nadi kehidupan. Menulis dongeng-dongeng perjalanan, proses menuju kebahagiaan.
Ya, inilah detik. Seolah memburu-buru keputusan tercepat. Namun semuanya harus serba hati-hati. Aku tak mau jatuh pada lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Merah itu memang ada...Analisa itu pun tak salah. Hanya saja, aku merasa belum saatnya.
Bertahan...aku ingin bertahan. Saat ini, ada yang lebih mendesak dan penting didahulukan daripada perasaan yang menekan hati kita. Kebaikan yang tak ternilai harganya. Sekarang kita mungkin menafikan, tapi mata kita adalah jendela yang tak pernah berbohong pada tuannya.
Selain itu, aku masih ragu...sebab aku tahu, jarak kaki kita menjejakkan tapak di bumi jauh berbeda. Sekalipun dirimulah semula bunga-bunga yang bermekaran atau titisan embun yang menyegarkan, tapi dirimu tak menginginkan...itu yang sekarang terucap dari bibirmu.
Aku malu, malu pada angin yang berhembus, pada rumput di padang penggembalaan. Begitu dalamnya rasa ini, sampai aku tak tega mengunci hatimu. Aku pikir, biarlah menjadi hal yang indah, hal yang selalu membuat tersenyum, membuatmu nyaman, di sini bersama kawan-kawan seperjuangan, tanpa harus dirimu tahu, apa yang ada dalam hatiku...skarang.

Jumat, 11 November 2011

Sebuah lagu dalam hati

Dengar desis nyayian kalbuku
ini bukan sekedar peraduan sang waktu
kuhempas
kulibas
kutanam dalam-dalam
sebuah lagu
yang terpendam...

Kau...
adalah liriknya
meliuk-liukan ratusan kata misteri
aku berusaha menjawabnya
menerka-nerka maksudnya

Ah kau...
selalu mengguncang pikirku
mengurasnya...
pertentangan batin ini menggeliat-liat di atas tangga nada

Hei kau...
berilah aku jawabmu
siapa aku
kenapa kau
lagu apa yang kau dengungkan di hatiku...


pukul 18.05 WIB
11-11-11

sekedar curhat

Aku hanya ingin peduli, itu saja... Meski rapuh meradang, meski duka menyeruak dan terkadang kesah membumbung laksana kilat menyambar, aku tahu, aku harus tetap tegar.
Setegar karang, sebening embun dan secerah matahari... Redup memang selalu ada tapi terang milikku. Aku pada siapa saja, pada semua yang ku temui, karena hidup ini hanya sementara.
Setia, itu yang aku tanamkan dalam-dalam di lubuk hatiku. Mungkin aku memang terluka, tetapi aku tak mau melukai.
Kadang perjalanan ini gentar, enggan melabuhkan rasa. Biarlah jujur dan tulus menjadi bagian yang ternilai harganya sebagai penopang lara.

Kamis, 03 November 2011

Ketika Empat Paragraf mempertanyakan

Mungkin saja waktu terasa begitu asing ketika kita harus melewati hal-hal yang tak kita inginkan. Rasa ingin pergi, rasa enggan dan rasa letih seringkali menjadi cambuk paling menyakitkan. Sekujur tubuh terasa kelu dan lemah. Tiada kenangan yang membangkitkan segera raga-raga itu,,raga penyulut bangsa.
Derai hujan pun tak mampu meredam bara api, dua bulan ini. Musim ini terus terjadi setiap tahunnya. Tak seorang pun bisa menghalaunya bahkan sekedar menepisnya. Sudah suratan takdir, begitu kata para intelektual muda di sini, di kampus hijau ini.
Tapi mengapa, tungku-tungku pesakitan selalu saja berkobar, sedangkan embun tak kuasa menyejukkan. Apakah warna pelangi bukan lagi keindahan? Apakah spektrum hanya serupa hiasan? Dan apakah-apakah yang lain cuma selaksa pertanyaan.
Aku, kau dan kalian serta semuanya adalah komponen yang seharusnya menjadi mata rantai dan pondasi negeri. Percayalah!

Rabu, 02 November 2011

Manakala menjelang senja

Aku tahu kalian jengah. Kalian letih. Kalian bosan. Kalian galau. Aku bisa membaca itu meski kalian tak bicara. Meski hanya lewat kedipan mata. Aku mengerti, bahkan memahami.
Dalam senja yang perlahan menikam hari ini, aku menanti kalian di sini, di tempat tergoresnya idealisme mahasiswa. Satu menit, dua menit, lima menit, tiga puluh menit...hingga waktu sepertinya enggan berhitung lagi, aku masih menanti. Walaupun pesan singkat dari kalian menghujam jantungku bertubi-tubi. Membelah nuraniku, aku tetap menanti dengan seulas senyum yang ku simpan. Sebab senyum ini sangat istimewa. Untuk kalian. Sahabat-sahabatku yang ku nanti.
Lihatlah, serutan cahaya senja memakiku. Mungkin ada yang salah denganku. Angin mengejekku. Mereka bilang, aku bodoh. Aku tolol. Aku terlalu lemah. Aku tak mampu menjaga kalian. Mereka bilang, mereka kecewa, karena aku mensia-siakan kalian... Kalian tahu? Kalian adalah permatanya. Kalianlah tiangnya. Kalian berlian dunia yang tiada tara.
Tapi aku? segumpal debu yang terinjak lara. Terhimpit dilema. Terbagi cintanya. Ini, di dasar kalbu ini, aku lukis lekat-lekat wajah kalian. Di otak ini, aku patri nama-nama kalian. Aku tahu apa makanan kesukaan kalian, keinginan kalian dan semua yang ada di benak kalian.
Senja semakin sombong mengangkat ronanya. Lihatlah kawan... aku bertahan di sini... dengan senyum tersembunyi... :-)

Semarang, 2 November 2011

Selasa, 01 November 2011

BERPIKIR POSITIF INDAH (SEBUAH KATA DARI ACCOUNT FB YG SELALU MELEKAT)

Berpikir positif berarti selalu berpikir tentang kebaikan, baik dari keburukan maupun dari kebaikan itu sendiri. Pikiran yang positif akan membuahkan sikap yang optimis. Optimis berarti jauh dari keputusasaan. Hal tersebut sangat berpengaruh pada apa yang akan kita dapatkan. Mengapa demikian? Tentunya karena prasangka kita akan sesuatu secara alami mengarahkan kita kepada masa depan yang akan terjadi. Begitu pula ketika berdoa. Bukankah Allah SWT berfirman bahwasanya Dia mengabulkan doa sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya. Bacalah kisah berikut.
Seorang gadis negro berusia 11 tahun, Akeelah Andersoon, Memiliki kecerdasan luar biasa dalam menghafal dan mengeja kata-kata. Tidak hanya Bahasa Inggris, tetapi juga berbagai bahasa di seluruh dunia. Sayangnya, dia punya sifat minder. Karena didorong oleh gurunya, dia berani bertanding di atas panggung dengan anak-anak berkulit putih. Oleh gurunya, dia disarankan berlatih pada Dr. Larabee. Saat latihan Akeelah melontarkan keinginannya dengan penuh keyakinan dan optimis. Dia berteriak total “ I want be the winner of spelling! “ ucapannya itulah yang tertanam kuat di hatinya. Akeelah adalah peserta termuda. Awalnya, dia tidak percaya diri pada kemampuannya. Apalagi ada saingan tanpa tanding yang dua kali berturut-turut juara dua nasional, bernama Dylan. Namun, Akeelah ingat kata-kata pelatihnya. Ketakutan terdalam kita bukanlah karena tidak cakap. Ketakutan terdalam kita adalah karena kita mampu mengukur. Dengan segala keyakinannya, tiba-tiba dia bisa mengeja kata-kata tersulit sekalipun. Sampai kemudian dia memenangkan perlombaan dan maju ke tingkat nasional bersama Dylan. Ketika akan ke tingkat nasional, pelatihnya tidak bersedia melatih lagi. Tapi Akeelah tetap bersikeras untuk mengikuti lomba mengeja. Walaupun dia tahu terlalu sulit mengalahkan Dylan. Lagi-lagi pikiran positif akan menang menjadi kekuatan baginya. Yah, bisa ditebak. Akeelah pun berhasil menjadi juara pertama.
Cuplikan cerita di atas merupakan sinopsis film Akeelah and Bee yang mengisahkan tentang the power of positive thinking seorang gadis bernama Akeelah. Meski usianya baru 11 tahun, dia yakin dapat mengalahkan lawan sehebat apapun. Dia yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan keinginannya.
Agaknya sedikit banyak cerita tersebut memberikan banyak hikmah. Di antaranya, pikiran positif akan membawa kita pada kondisi yang lebih baik. Tidak ada yang dapat menggoyahkan kita tatkala kita sudah berpikir positif. Sekalipun kita dalam keadaan stres, misalnya kegagalan SNMPTN tahun ini tidak lantas membuat kita menyerah. Justru membangkitkan semangat kita untuk berhasil pada tahun selanjutnya. Atau ketika ekonomi keluarga memburuk; kita yakin bahwasanya Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya terlunta-lunta di dunia.
Positif thinking juga diperlukan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Sebagai contoh, di sebuah rumah kos ada seorang mahasiswi bernama Aira kehilangan dompetnya. Dia berprasangka salah satu dari teman-temannya lah yang mengambil dompetnya. Mereka tidak bisa menerima tuduhan itu karena tidak ada yang merasa mengambil. Namun, Aira tetap bersikeras. Sampai akhirnya pada suatu sore, seorang ibu mengantarkan dompet milik Aira. Ibu tersebut berkata bahwa ia mlihat dompet Aira terjatuh di jalan. Nah lho, sekarang ketahuan kan mana yang benar dan mana yang asal tuduh tanpa bukti konkrit.
Kawan, berpikir negatif sangat buruk dampaknya bagi diri kita dan lingkungan. Dalam diri kita menimbulkan kecemasan, prasangka-prasangka, dan su’udzon, naudzubillah min dzalik. Positif lebih baik demi kemaslahatan bersama walaupun kadang tidak sesuai dengan kenyataan. So, be positive thinking for get the best future!

Semarang, 24 Januari 2010

Tempat yang Dulu Kau Sebut Rumah

Tempat (yang Dulu) Kau Sebut Rumah

Tumpukan bata di sudut jalan mulai berlumut tak ada angin berembus lewat jendela setiap pagi pintu berderit hanya sekali tatkala penja...