Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sungai Musi, Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

Ini cerita saya, tatkala menjalani kehidupan empat bulan di Kota Palembang. Kota yang tersohor dengan Jembatan Ampera dan empek-empeknya. Tak hanya menyisakan butiran sejarah kemasyhuran Nusantara, tetapi juga menawarkan seribu keindahan. Dan saya pun terpesona dengan ketenangan di sebuah tempat bernama, Sungai Musi.

Sepintas, tidak ada yang istimewa dari Sungai Musi. Definisinya sama selayaknya sebuah sungai. Ada air, hulu, hilir, hingga rimbunan flora di tepiannya. Namun, di mata saya, Sungai Musi adalah surga kecil yang jatuh ke bumi. Saya merasakan jantung-jantung berdetak di sini. Embusan nafas terdengar jelas dari dasar bumi. Sepertinya, ketika aliran Sungai Musi berhenti, tidak ada kehidupan lagi.

Ada banyak cara untuk menikmati eloknya Musi. Speed boat, perahu, rakit, atau kapal wisata akan mengantarkan Anda menelusuri setiap jengkal kelokan Sungai Musi. Jika Anda berwisata di siang hari, pemandangan rumah rakit, Pulau Kemaro, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Marogan, Bagus Kuning, Kampung Kapitan, dan Jembatan Ampera, terlihat amat jelas. Kecantikan Sungai Musi kian tampak saat malam tiba. Anda bisa menyaksikan kilauan lampu-lampu di Jembatan Ampera. Tampilannya bak jembatan di Kota London; tidak kalah cantiknya.

Sungai Musi, bagi saya, lebih dari sekadar tempat wisata. Sungai Musi adalah inspirasi. Ada sebait kisah telah tertinggal di sana. Kisah yang kandas pada akhirnya. Juga melahirkan sebuah puisi....

Ada yang kurindukan, entah sampai kapan. Sebentuk udara yang bergerak-gerak di atas kebeningan musi, tatkala itu ekor mataku mendapati langkahmu. Tegas, melelehkan sebutir es yang lama sekali membeku di hati.

Aku ingin sekali lagi menukarkan waktu untuk mendengarmu mengucap namaku. Tetapi dongeng Cinderella selalu mendekapkan ketakutan teramat dalam, sebab dongeng tak lebih dari sekedar imaji tentang tentang kastil dan pangeran tampan berkuda putih.

Hingga gemertak air langit bergemuruh di atap rumah, kornea mataku masih saja memutar liar dan jauh, episode terakhir kita di hantaran Ampera.

Posting Komentar untuk "Sungai Musi, Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi"