Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manakala menjelang senja

Aku tahu kalian jengah. Kalian letih. Kalian bosan. Kalian galau. Aku bisa membaca itu meski kalian tak bicara. Meski hanya lewat kedipan mata. Aku mengerti, bahkan memahami.
Dalam senja yang perlahan menikam hari ini, aku menanti kalian di sini, di tempat tergoresnya idealisme mahasiswa. Satu menit, dua menit, lima menit, tiga puluh menit...hingga waktu sepertinya enggan berhitung lagi, aku masih menanti. Walaupun pesan singkat dari kalian menghujam jantungku bertubi-tubi. Membelah nuraniku, aku tetap menanti dengan seulas senyum yang ku simpan. Sebab senyum ini sangat istimewa. Untuk kalian. Sahabat-sahabatku yang ku nanti.
Lihatlah, serutan cahaya senja memakiku. Mungkin ada yang salah denganku. Angin mengejekku. Mereka bilang, aku bodoh. Aku tolol. Aku terlalu lemah. Aku tak mampu menjaga kalian. Mereka bilang, mereka kecewa, karena aku mensia-siakan kalian... Kalian tahu? Kalian adalah permatanya. Kalianlah tiangnya. Kalian berlian dunia yang tiada tara.
Tapi aku? segumpal debu yang terinjak lara. Terhimpit dilema. Terbagi cintanya. Ini, di dasar kalbu ini, aku lukis lekat-lekat wajah kalian. Di otak ini, aku patri nama-nama kalian. Aku tahu apa makanan kesukaan kalian, keinginan kalian dan semua yang ada di benak kalian.
Senja semakin sombong mengangkat ronanya. Lihatlah kawan... aku bertahan di sini... dengan senyum tersembunyi... :-)

Semarang, 2 November 2011

Posting Komentar untuk "Manakala menjelang senja"