Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Empat Paragraf mempertanyakan

Mungkin saja waktu terasa begitu asing ketika kita harus melewati hal-hal yang tak kita inginkan. Rasa ingin pergi, rasa enggan dan rasa letih seringkali menjadi cambuk paling menyakitkan. Sekujur tubuh terasa kelu dan lemah. Tiada kenangan yang membangkitkan segera raga-raga itu,,raga penyulut bangsa.
Derai hujan pun tak mampu meredam bara api, dua bulan ini. Musim ini terus terjadi setiap tahunnya. Tak seorang pun bisa menghalaunya bahkan sekedar menepisnya. Sudah suratan takdir, begitu kata para intelektual muda di sini, di kampus hijau ini.
Tapi mengapa, tungku-tungku pesakitan selalu saja berkobar, sedangkan embun tak kuasa menyejukkan. Apakah warna pelangi bukan lagi keindahan? Apakah spektrum hanya serupa hiasan? Dan apakah-apakah yang lain cuma selaksa pertanyaan.
Aku, kau dan kalian serta semuanya adalah komponen yang seharusnya menjadi mata rantai dan pondasi negeri. Percayalah!

2 komentar untuk "Ketika Empat Paragraf mempertanyakan"

  1. Tugas kita adalah terus mencoba menyatukan semua kepala, dan mengambil langkah nyata tuk maju bersama

    BalasHapus
  2. kamu benar wal... jangan sampai kita terpecahkan.
    :-)

    BalasHapus