Jumat, 04 Oktober 2013
Sajak Mesra yang Hinggap dalam aliran Darahku
Bagaimana mungkin kutinggalkan pahatan sajak di dinding hati? Meski malam tak melukisnya dengan sempurna.
Aku terus saja melafalkan tiap hurufnya. Menjadikan hembusan kata-katanya sebagai ruh nafasku. Hingga ratusan kalimat nyinyir mengguncang dadaku.
Tapi, iramanya terasa amat mesra, menggulingkan ego yang lama mencabik-cabik perjalanan. Dan hangat pun menjelma bersama aliran darah. Lalu bertanya, apakah daun-daun melekat di atas wajahku adalah serupa bait-bait abadi? Akan tetap ada walau musim tidak lagi menghadirkan hujan.
Sekarang atau nanti, selalu kupuisikan senada degup jantung kemudian kudonorkan separuhnya untukmu agar kau menepikan langkah di arteriku, suatu hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Anomali (4)
berjalan menyusuri belantara tanpa pernah peduli marabahaya tidak kah kau ingin bertanya apa aku baik-baik saja dunia ini fana manusia hanya...
-
Demisioner diartikan sebagai masa sejak seseorang telah habis masa jabatannya (keadaan tanpa wewenang dan kekuasaan) dan/atau setelah Lapora...
-
Semarang, 27 November 2011 Ku tulis ini ketika kau mulai berubah... ketika kau bilang sudah tak sendiri. Aku hanya menjawabnya dengan seula...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar