Rabu, 18 April 2012

Aku ingin sendiri sampai bulan desember berakhir, agar ku tak meninggalkan kejemuan di hati seseorang atau luka karena berkawan. Sebab aku enggan menjadi embun hanya untuk seorang saja, sebab ranting-ranting hatiku masih rapuh, dan sebab daun-daunnya belum tumbuh. Ketakutan mendera serta langkah yang tertatih, seakan sebongkah millestone bahwa aku memang harus sendiri sampai bulan desember berakhir.

Kamis, 05 April 2012

Gamang

Titik api ini sakral dan dalam, melagukan lagu kegamangan akan hidup, setengah mengoyak pikirku, untuk mencari jalan terang. Ada titik hitam yang membuatku takut. ia serupa malam tanpa akhir, menebar bau-bau sesak, ia jahat mencengkram hati, menggali borok di dindingnya. Ia menjumpaiku setiap musim berganti, memasungku dalam mimpi, aku letih dan lemah, sampai darahku deras mengucur, ia terus melukaiku. Dan putih itu pun pergi lagi... Kemudian... ada rasa asing yang menyelinap, dalam-dalam dan sakral. Menjentikkan warna merah jambu, hingga buliran dilema itu pun benderang mencuat ke permukaan, sedang aku ingin mencintaimu dengan hitam, dengan luka di tubuhku, dengan pengkhianatan, meskipun kandas, hati ini tak jua ingin menutup lembaran usang. Terus bergolak, mereguk nyeri hati, pada pilihan-pilihan sakral, pada kejemuan lara, tetapi aku masih tetap berjalan di atas derap-derap kelam... Puisi by verra

Minggu, 01 April 2012

Kusadar hidup ini hanya sebentar....untuk apa putus asa...hanya buang buang waktu saja. Bukankah setiap orang punya masalah yang harus kita lalui dengan hati yang tabah...lupakanlah semua masa lalu kelabu, kita susun langkah baru... Harapan, kesempatan dan waktu tidak akan datang dua kali dalam hidup... Maka bersyukurlah,,hari ini kita masih bisa berjumpa, melihat dunia dan bersenandung dalam cinta. Hidup memang berat, tapi harus tetap dijalani. Semua pengorbanan menjadikan kebahagiaan. Jalan masih panjang...jadilah terang di antara gelap. Jadilah air di tengah tandusnya padang. Jadilah jawaban,,jangan hanya ucapan. Jadilah harapan jangan hanya berharap...Terus melaju ke depan,,melaju kencang dengan segenap kekuatan...

Tempat yang Dulu Kau Sebut Rumah

Tempat (yang Dulu) Kau Sebut Rumah

Tumpukan bata di sudut jalan mulai berlumut tak ada angin berembus lewat jendela setiap pagi pintu berderit hanya sekali tatkala penja...