Dengarkan suara hatiku...
terus memanggilmu...mengendap di gemuruh hujan...
berpacu dengan hembusan angin...
ku selalu yakin kau menadahnya dalam ruang hatimu...
sejak dulu..sejak malam yang bahagia itu...tatkala sebuah ruang pertemuan terbuka...
Aku masih ingat...
senada lagu yang kau tembangkan...
sampai kini aku menyimpannya dalam-dalam...
aku selalu yakin...butiran kalbumu menitiskan embun-embun sejuk seperti dahulu...
Kemarin kau dan bilahan rona matamu
membuatku semakin yakin...
setia itu ada selamanya...
Jumat, 30 Desember 2011
Minggu, 25 Desember 2011
LAKON
Kadang kumerasa kau bocah kecilku
Yang sedang bermain denganku
Hanya sebuah permainan kecil
Kau memakai topeng seribu wajah
Menghampiriku dengan membawa bunga
Tapi aku merasa melihatmu pada seorang
Dua orang, tiga oarang..oh tiga orang!?
Manakah kau bocah kecilku
Kukira kau hanya bermain-main saja
Kini ku lihat kau telah menjelma
Dengan seribu bayangmu
Aku tahu telah kalah
Ku tak mampu memerankan lakonku
Kau menang bocah kecilku
Tak salah bila dahulu ku sebut kau sutradara
Karena sandiwaramu mampu menjeratku
Membuatku nurut pada hipnotismu
Tak meleset bila ku juluki dirimu teroris hitam
Sebab infiltrasi dalam tiap degup langkahmu
Merajai hati banyak orang
Mencuri hati
kemudian merakit bom untuk leburkan penjaranya
ah! Kau hanya bocah kecilku
yang coba bermain denganku
aku ingin menang
kau pun ingin menang
entahlah selalu berakhir dengan pertengkaran
sudah kukatakan kau hanya bocah kecilku!
Yang sedang bermain denganku
Hanya sebuah permainan kecil
Kau memakai topeng seribu wajah
Menghampiriku dengan membawa bunga
Tapi aku merasa melihatmu pada seorang
Dua orang, tiga oarang..oh tiga orang!?
Manakah kau bocah kecilku
Kukira kau hanya bermain-main saja
Kini ku lihat kau telah menjelma
Dengan seribu bayangmu
Aku tahu telah kalah
Ku tak mampu memerankan lakonku
Kau menang bocah kecilku
Tak salah bila dahulu ku sebut kau sutradara
Karena sandiwaramu mampu menjeratku
Membuatku nurut pada hipnotismu
Tak meleset bila ku juluki dirimu teroris hitam
Sebab infiltrasi dalam tiap degup langkahmu
Merajai hati banyak orang
Mencuri hati
kemudian merakit bom untuk leburkan penjaranya
ah! Kau hanya bocah kecilku
yang coba bermain denganku
aku ingin menang
kau pun ingin menang
entahlah selalu berakhir dengan pertengkaran
sudah kukatakan kau hanya bocah kecilku!
Senin, 19 Desember 2011
Rasa itu datang lagi
Entah sudah berapa lama kuhapus rasa ini...aku tak bisa menghitungnya...
Lamat-lamat kurasakan getaran di lubuk hati setiap kali...
Sungguh sinaran itu cahaya bagiku...cahaya dalam gelapku...
Lentera jiwa yang gersang...
tapi aku takut...
aku tak mampu mengungkapkan perasaan yang sangat dalam ini...
Nafasku...
jantungku...
nyawaku...
seakan tergenggam erat oleh degupan nadimu...
karenamu pun aku tetap berdiri tegar di sini...sampai kapanpun aku ingin kau tetap di sini..di hatiku...
Lamat-lamat kurasakan getaran di lubuk hati setiap kali...
Sungguh sinaran itu cahaya bagiku...cahaya dalam gelapku...
Lentera jiwa yang gersang...
tapi aku takut...
aku tak mampu mengungkapkan perasaan yang sangat dalam ini...
Nafasku...
jantungku...
nyawaku...
seakan tergenggam erat oleh degupan nadimu...
karenamu pun aku tetap berdiri tegar di sini...sampai kapanpun aku ingin kau tetap di sini..di hatiku...
Minggu, 18 Desember 2011
Seruat hati yang terluka (2)
detik ke-90...
hari ini entah sudah berapa liter embun yang kutitiskan...tak berhenti...mengingatmu...mengenang kita...mengenalmu...terlalu dalam...
seandainya kau tahu suatu saat, aku berharap kau berlari padaku dan menggenggamku kemudian berkata, "ku masih sahabatmu...benar-benar sahabatmu..."
aku ingin berhenti membaca tentangmu..tetapi hatiku merindukanmu. Sangat merindukan...terasakah kau di sana... aku memanggilmu, memanggil namamu...berharap kau membuang kepalsuan...
hari ini entah sudah berapa liter embun yang kutitiskan...tak berhenti...mengingatmu...mengenang kita...mengenalmu...terlalu dalam...
seandainya kau tahu suatu saat, aku berharap kau berlari padaku dan menggenggamku kemudian berkata, "ku masih sahabatmu...benar-benar sahabatmu..."
aku ingin berhenti membaca tentangmu..tetapi hatiku merindukanmu. Sangat merindukan...terasakah kau di sana... aku memanggilmu, memanggil namamu...berharap kau membuang kepalsuan...
Seruat hati yang terluka
Kemana kau sahabatku? Kemana perginya...? Kemana wajahmu yang dulu memperhatikan aku? Kemana senyummu yang selalu menghiburku? Kemana semua rasa rindu itu.
Luka ini kembali menganga saat kubaca coretan kecil darimu. Kelak aku tahu, kau tidak tulus padaku.
Embun mulai bergerak kecil. Lamat-lamat kemudian hilang. Tahu kah kau sahabatku? Bulir-bulir ini tak terbendung ketika kubaca coretan-coretan itu. Apakah kau benar mengkhianatiku sahabatku...?
Apa salahku? Apa aku pernah menyakitimu? Pernahkah kau peduli bahwa perasaanku teramat dalam..teramat dalam mencintaimu, menyayangimu.
Kekuasaan bukan ambisiku sahabatku! tapi ambisimu membuatku harus bergerak maju karena kau telah diselaputi dinding hitam yang kau sangka putih. Sadarkah kau berada di tengah orang-orang yang dulu menjatuhkan orang yang kau cintai. Kau kira apa lentera ini sahabatku? Apa kau pikir cuma sebatang lilin mungil tak bernyawa?
Kini kau buat aku rapuh. Hancur berkeping-keping. Aku tersiksa. Terdesak nyeri dan lara. Aku perempuan, sahabatku!!! cukuplah kau lukai aku sampai di sini saja.
Semoga kau menyadari bahwa kau telah melukai orang-orang yang mencintaimu dengan tulus, suatu hari...
Luka ini kembali menganga saat kubaca coretan kecil darimu. Kelak aku tahu, kau tidak tulus padaku.
Embun mulai bergerak kecil. Lamat-lamat kemudian hilang. Tahu kah kau sahabatku? Bulir-bulir ini tak terbendung ketika kubaca coretan-coretan itu. Apakah kau benar mengkhianatiku sahabatku...?
Apa salahku? Apa aku pernah menyakitimu? Pernahkah kau peduli bahwa perasaanku teramat dalam..teramat dalam mencintaimu, menyayangimu.
Kekuasaan bukan ambisiku sahabatku! tapi ambisimu membuatku harus bergerak maju karena kau telah diselaputi dinding hitam yang kau sangka putih. Sadarkah kau berada di tengah orang-orang yang dulu menjatuhkan orang yang kau cintai. Kau kira apa lentera ini sahabatku? Apa kau pikir cuma sebatang lilin mungil tak bernyawa?
Kini kau buat aku rapuh. Hancur berkeping-keping. Aku tersiksa. Terdesak nyeri dan lara. Aku perempuan, sahabatku!!! cukuplah kau lukai aku sampai di sini saja.
Semoga kau menyadari bahwa kau telah melukai orang-orang yang mencintaimu dengan tulus, suatu hari...
Jumat, 02 Desember 2011
Sebuah jawaban-suatu hari (2)
Entah berapa lama lagi aku harus menyimpannya. Mungkin semakin lama. Aku telah menyembunyikan kebenaran di dalam hatiku.
Setiap kali kita bertemu. Setiap kali kau memalingkan wajahmu padaku, meskipun aku acuh tak acuh...tahukah kau,aku selalu menahan diri. Dapatkah kau kini mendengar detak jantungku memanggilmu, mencintaimu? Tapi aku tak bisa mengatakannya pada siapapun.
Dapatkah kau mendengarnya? hatiku terus menunggu di sana untukmu. Suatu hari nanti kau akan menyadari bahwa meskipun aku mencintaimu, aku merasakan...tapi jauh di lubuk hatiku tidak berani mengatakannya.
Dapatkah kau mendengarnya? hatiku terus menunggu di sana untukmu. Menunggumu untuk membukanya. Aku berharap kau akan menyadari bahwa ada seseorang yang mencintaimu, suatu hari... :-)
Setiap kali kita bertemu. Setiap kali kau memalingkan wajahmu padaku, meskipun aku acuh tak acuh...tahukah kau,aku selalu menahan diri. Dapatkah kau kini mendengar detak jantungku memanggilmu, mencintaimu? Tapi aku tak bisa mengatakannya pada siapapun.
Dapatkah kau mendengarnya? hatiku terus menunggu di sana untukmu. Suatu hari nanti kau akan menyadari bahwa meskipun aku mencintaimu, aku merasakan...tapi jauh di lubuk hatiku tidak berani mengatakannya.
Dapatkah kau mendengarnya? hatiku terus menunggu di sana untukmu. Menunggumu untuk membukanya. Aku berharap kau akan menyadari bahwa ada seseorang yang mencintaimu, suatu hari... :-)
Kamis, 01 Desember 2011
Sebuah jawaban (1)
Jawaban akan datang kapanpun itu... sekarang...satu-persatu, aku telah mendapatkan jawaban-jawaban. Entah itu jawaban do'a maupun jawaban teka-teki kehidupan. Meski harus menunggu bertahun-tahun, tapi jawaban tetap ada.
Jawaban akan datang ketika kita benar-benar siap menerimanya. Seiring dengan berjalannya waktu, sadar atau tidak, kita selalu melecutkan pertanyaan, menginginkan jawaban hakiki dari Tuhan.
Percayalah kawan,,Tuhan Mahaadil lagi Mahamengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Jawaban akan datang ketika kita benar-benar siap menerimanya. Seiring dengan berjalannya waktu, sadar atau tidak, kita selalu melecutkan pertanyaan, menginginkan jawaban hakiki dari Tuhan.
Percayalah kawan,,Tuhan Mahaadil lagi Mahamengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Tempat yang Dulu Kau Sebut Rumah
Tempat (yang Dulu) Kau Sebut Rumah
Tumpukan bata di sudut jalan mulai berlumut tak ada angin berembus lewat jendela setiap pagi pintu berderit hanya sekali tatkala penja...