Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rembulan di ujung dermaga

Cinta itu memang rumit, terkadang perlu sebuah pengorbanan yang tidak kecil. Tapi percayalah, cinta akan membawa pada surga-Nya, kelak....

Langit meredup. Sisa-sisa sinar matahari masih menembus kerak bumi. Dedaunan berayun perlahan tertiup lembut oleh sang angin. Aroma ruminansia menyusup tajam ke hidung. Sekawanan kambing sedang asyik merumput di depan bangunan kecil bernama PKM, Pusat kegiatan mahasiswa. Tempat parkir mulai sepi kendaraan. Kebanyakan mahasiswa sudah pulang ke kos masing-masing. Hanya mahasiswa tertentu saja yang masih khusyuk dengan aktivitasnya di perpustakaan, di mushola dan di PKM, sesekali di depan perpustakaan sembari mengerjakan laporan.
Dia melirik jam dinding perpustakaan, kemudian kembali menatapi layar komputer di hadapannya. Dua hari belakangan dia dirundung resah berlebihan tiap kali membaca artikel di internet. Bahkan ia seringkali bertanya pada teman-temannya tentang artikel-artikel itu. Artikel dengan kata kunci yang sama. Hepatitis B. Itulah sesuatu yang ia cari akhir-akhir ini. Puluhan artikel ia download. Semakin banyak informasi yang ia dapatkan, semakin kegelisahan menderanya. Tak ada yang tahu seberapa besar rasa takutnya kecuali dirinya dan Tuhan.
Matanya menangkap sebuah kalimat dalam artikel. Ia terperanjat.

Seseorang dapat tertular Hepatitis B dengan beberapa cara antara lain : Berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Bergantian jarum suntik dengan orang yang terinfeksi (biasanya pada pemakai narkoba suntik), Menggunakan alat yang terkontaminasi darah dari orang yang terinfeksi (pisau cukur, alat tatto, tindik dan akupuntur), Dilahirkan dari ibu yang terinfeksi (90%). Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan.

Angin halus segera berlalu. Seolah mengejeknya. Dia merasakan sesuatu yang mengiris hatinya. Luka yang lebih dari sekedar luka. Tidak percaya dengan tulisan dalam artikel itu. Ray...benarkah ini terjadi kepadamu. Adakah yang kau rahasiakan dariku Ray... Batinnya bergejolak. Ia tahu bahwa selama ini Ray adalah seorang perokok berat. Ia tahu, Ray suka berburu babi dan memakannya. Ia pun tahu Ray adalah seorang peminum. Ray selalu jujur dengan sesungguhnya dirinya. Ia menerima itu. Ia menerima Ray! Ray...apa yang harus kukatakan tentang masalahmu ini pada orang tuaku...Jawab Ray!


Tangan halusnya bergetar. Tetesan embun satu-persatu jatuh di pipinya. Embun yang bertahun-tahun tak pernah ia teteskan untuk seorang lelaki, kecuali sang Ayah. Dia, Rembulan, gadis perfeksionis yang sulit jatuh cinta, sekarang bertekuk lutut justru di hadapan pemuda urakan bernama Ray. Rembulan kini basah. Basah oleh serabutan dilema terumit dalam hidupnya. Ray, menderita hepatitis B, adalah pemuda yang sangat dicintainya. Hati Rembulan ngilu. Ray dengan segala rahasianya, nyaris membuat Rembulan menolaknya saat itu. Bahkan Rembulan tak pernah tahu siapa Ray sebenarnya, sejak pertemuan hari itu. Sebelum Ray menjadi separuh dari hatinya.

Angin musim kemarau semakin kencang berhembus. Mata Rembulan masih sembab oleh airmata. Batinnya terus bergejolak. Dia tak tahu lagi harus berkata apa pada sang bunda. Sungguh cintanya teramat dalam pada Ray. Sudah terlanjur. Isak tangisnya makin mengeras tatkala lembar dedaunan yang jatuh mengingatkannya pada ucapan bunda.

Bersambung....

NB : Nantikan kelanjutannya...

Posting Komentar untuk "Rembulan di ujung dermaga"